12 September 2023

PULAU REMPANG DAN SUKU MELAYU







PULAU REMPANG ADALAH

Pulau Rempang adalah salah satu pulau di Kecamatan Galang yang termasuk dalam wilayah Kepulauan Riau1. Pulau ini memiliki luas wilayah sekitar 165 kilometer persegi dan terletak sekitar 3 km di sebelah tenggara Pulau Batam1. Pulau Rempang terdiri dari dua kelurahan, yakni Rempang Cate dan Sembulang2. Keduanya masuk dalam wilayah Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau2.

Pulau Rempang terhubung dengan pulau-pulau lain seperti Pulau Batam, dan Galang melalui Jembatan Barelang2. Jembatan ini adalah jembatan yang saling sambung-menyambung dan dibangun untuk memperluas Otorita Batam sebagai regulator daerah industri Pulau Batam2. Nama Barelang adalah singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang2.

Namun, saat ini Pulau Rempang sedang menghadapi isu relokasi penduduk. Badan Pengusahaan (BP) Batam berencana merelokasi seluruh penduduk Pulau Rempang, yang berjumlah lebih kurang 7.500 jiwa, untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Pulau Rempang23. Rencananya di Pulau Rempang akan dibangun kawasan industri, jasa, dan pariwisata dengan nama Rempang Eco City23.


Apa saja tempat wisata di Pulau Rempang?

Berikut adalah beberapa tempat wisata yang bisa Anda kunjungi di Pulau Rempang:

  1. Pantai Melur: Lokasinya terletak di ujung Pulau Galang1.
  2. Pantai Dendang Melayu: Objek wisata ini terletak sebelum Jembatan 1 Barelang dan menampilkan pemandangan laut yang menakjubkan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya1.
  3. Pantai Viovio1.
  4. Pantai Melayu1.
  5. Pantai Elyora1.
  6. Jembatan Barelang: Jembatan ini adalah jembatan yang saling sambung-menyambung dan dibangun untuk memperluas Otorita Batam sebagai regulator daerah industri Pulau Batam2.
  7. Pulau Abang1.

Selain itu, Pulau Rempang juga memiliki keindahan alam yang luar biasa dan menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Indonesia2. Kekayaan alam Pulau Rempang menjadi surga tersembunyi dan berpotensi terhadap perekonomian penduduk sekitar2. Salah satu daya tarik utama Pulau Rempang adalah pantainya yang memesona. Pantai-pantai pasir putih yang terhampar luas dengan air laut yang jernih dan biru mengundang para pengunjung untuk bersantai dan menikmati sinar matahari2. Bagi para penyelam dan pecinta aktivitas bawah laut, Pulau Rempang adalah tempat yang sempurna. Terumbu karang yang indah dan beragam makhluk laut yang menghuni perairannya membuat snorkeling dan menyelam menjadi pengalaman yang tak terlupakan2.


Bagaimana cara menuju ke Pulau Rempang?

 SUKU MELAYU ADALAH

Suku Melayu adalah sebuah kelompok etnis yang menuturkan bahasa-bahasa Austronesia dan mendiami wilayah Asia Tenggara Maritim dan Semenanjung Melayu1. Suku Melayu merupakan suku bangsa yang terdiri dari kelompok etnis orang-orang Austronesia terutama yang tinggal di Semenanjung Malaya, Sumatera Timur, Selatan Thailand, Singapura, Pantai Selatan Burma, Borneo Pesisir dan Brunei2. Maka dari itu cakupan Suku Melayu tersebar di negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand2.

Secara historis, populasi suku Melayu merupakan turunan langsung dari orang-orang suku Austronesia yang menuturkan bahasa-bahasa yang menjalin kontak dan perdagangan dengan kerajaan, kesultanan, ataupun pemukiman tertentu1. Menurut catatan sejarah, suku Melayu telah dikenal sebagai komunitas pedagang lintas perairan dengan karakteristik budaya yang dinamis1. Mereka dapat menyerap, berbagi, dan menyalurkan sekian banyak keunikan kebudayaan dari kelompok etnik lain1.

Di Indonesia, Suku Melayu-Indonesia adalah suku Melayu yang tinggal di Indonesia3. Ada sejumlah kerajaan Melayu di Indonesia yang berada di pesisir timur Sumatra dan pesisir Kalimantan. Beberapa kerajaan Melayu yang terkenal di antaranya adalah Siak Sri Indrapura, Kesultanan Deli, Kesultanan Riau-Lingga, Kesultanan Jambi, Kesultanan Pontianak, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Palembang3.


Bagaimana sejarah Suku Melayu di Indonesia?

Suku Melayu merupakan salah satu kelompok etnis yang menuturkan bahasa-bahasa Austronesia dan mendiami wilayah Asia Tenggara Maritim dan Semenanjung Melayu1. Suku Melayu-Indonesia adalah suku Melayu yang tinggal di Indonesia2. Ada sejumlah kerajaan Melayu di Indonesia yang berada di pesisir timur Sumatra dan pesisir Kalimantan. Beberapa kerajaan Melayu yang terkenal di antaranya adalah Siak Sri Indrapura, Kesultanan Deli, Kesultanan Riau-Lingga, Kesultanan Jambi, Kesultanan Pontianak, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Palembang2.

Secara historis, populasi suku Melayu merupakan turunan langsung dari orang-orang suku Austronesia yang menuturkan bahasa-bahasa yang menjalin kontak dan perdagangan dengan kerajaan, kesultanan, ataupun pemukiman tertentu1. Menurut catatan sejarah, suku Melayu telah dikenal sebagai komunitas pedagang lintas perairan dengan karakteristik budaya yang dinamis1. Mereka dapat menyerap, berbagi, dan menyalurkan sekian banyak keunikan kebudayaan dari kelompok etnik lain1.

Nama Suku Melayu berasal dari kerajaan Malayu yang berada di sungai batang hari, jambi3. Awalnya nama Melayu meluas hingga ke luar Sumatera diakibatkan karena kerajaan Melayu takluk dari kerajaan Sriwijaya3. Asal usul suku Melayu dapat ditelusuri dari Kerajaan Malayu dan pengaruh perdagangan pedagang Melayu4.


Siapakah tokoh terkenal dari Suku Melayu?

Berikut adalah beberapa tokoh terkenal dari Suku Melayu di Indonesia:

  1. Hamzah Haz, Marzuki Alie, Taufiq Kiemas, Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa, Marzuki usman, dan Yuri Octavian Thamrin: Tujuh orang politisi Indonesia dari etnis Melayu Indonesia1.
  2. A. N. Alcaff, Revalina S. Temat, Titi Kamal, Raline Shah, Gilang Dirgahari, Oki Setiana Dewi, Debi Sagita, Andrea Hirata, dan Aditya Gumay: Sembilan orang seniman Indonesia dari etnis Melayu Indonesia1.
  3. Ustadz Abdul Somad: Ahli pakar hadist Riau dan penulis serta pengajar di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim1.
  4. Abdus Samad al-Palimbani: Penulis dan pengajar di Makkah - Madinah1.
  5. Muhammad Imaduddin Abdulrahim: Penggagas ICMI, penggagas Bank Muamalat Indonesia, pendiri Masjid Salman ITB1.
  6. Tengku Zulkarnain: Ulama, wakil sekjen MUI1.
  7. Zaidul Akbar: Pendakwah Islam, dokter, konsultan, dan praktisi pengobatan sunah Indonesia1.
  8. Denny Januar Ali: Ilmuwan sosial politik Indonesia1.
  9. Farhat Abbas: Ahli hukum, pengacara1.
  10. Ryan Thamrin: Dokter1.

Selain itu, ada juga tokoh-tokoh dari Suku Melayu yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia seperti Depati Amir, Depati Parbo, Abundjani, Raden Mattaher, Ratumas Sina, Tumenggung Setia Pahlawan, Tengku Sulung1.

Apa saja adat istiadat suku Melayu?

Adat istiadat Suku Melayu sangat beragam dan dipengaruhi oleh agama, budaya, sosial, dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat1. Adat istiadat Suku Melayu dibagi menjadi tiga, yakni:

  1. Adat Sebenaar Adat: Adat ini tidak bisa dirubah karena ketentuan agama23.
  2. Adat yang Diadatkan: Adat ini dibuat oleh penguasa23.
  3. Adat Teradat: Aturan yang ditentukan bersama sebagai pedoman di tiap garis kehidupan penduduk dalam menghadapi hal dan kasus di lingkungan3.

Berikut adalah beberapa adat istiadat khusus dalam Suku Melayu:

  1. Adat Perkahwinan: Adat istiadat dalam upacara pernikahan1.
  2. Adat Istiadat Melayu Tengah: Adat istiadat yang berlaku di wilayah Melayu Tengah1.
  3. Adat Istiadat Melayu Riau: Adat istiadat yang berlaku di wilayah Melayu Riau1.
  4. Berpantun: Dalam adat dan budaya Melayu, pantun sangat melekat4.
  5. Tradisi Berkapur Sirih: Tradisi berkapur sirih adalah sebuah tradisi yang sudah cukup lama hidup dikalangan masyarakat Melayu4.
  6. Memiliki Nama Panggilan Khusus4.
  7. Tradisi Pakaian Melayu4.
  8. Tradisi Kematian4.

Suku Melayu juga dikenal memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang tinggi, meningkatkan toleransi dan menghormati perbedaan, menjalin hubungan sosial dan meningkatkan keterikatan antara individu, serta membantu memperingati acara penting dan kegiatan keagamaan1. Namun, ada juga beberapa aspek adat istiadat Suku Melayu yang kurang disukai, seperti kurangnya kesadaran kearifan lokal di antara generasi muda, memiliki aspek-aspek yang diskriminatif dan mengecualikan kelompok tertentu, serta mengabaikan hak asasi manusia dan kebebasan individu1.



INFO TERKINI- 14 SEPT 2023


INFO TERKINI PULAU REMPANG

Berikut adalah berita terkini tentang Pulau Rempang:

Mohon diperhatikan bahwa informasi ini dapat berubah seiring berjalannya waktu. Untuk mendapatkan informasi terbaru, disarankan untuk memeriksa sumber berita yang dapat dipercaya.


Apa yang menyebabkan konflik di Rempang?

Konflik di Pulau Rempang dipicu oleh kurangnya komunikasi antara penegak hukum dan penduduk Rempang1. Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyebutkan bahwa insiden tersebut tidak akan terjadi jika penduduk telah dilibatkan dalam dialog dan diberikan solusi terkait pengembangan Rempang Eco-City di area tersebut1.

Rencana pengembangan Rempang Eco-City ini akan menyebabkan sekitar 7.500 penduduk harus direlokasi1. Proyek ini juga mengancam keberadaan 16 desa Melayu yang telah tinggal di pulau tersebut sejak 18341. Konflik yang terjadi antara petugas dan penduduk Rempang mengakibatkan cedera dan trauma, bahkan pada anak-anak setempat1.

Untuk meredakan konflik ini, Jokowi telah menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia untuk berkomunikasi langsung dengan penduduk Rempang tentang rencana pengembangan tersebut1.


Apa yang dimaksud dengan Rempang Eco-City?

Rempang Eco-City adalah proyek pengembangan yang mencakup seluruh Pulau Rempang dan Pulau Subang Mas1. Proyek ini merupakan kerjasama antara pemerintah pusat melalui Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) dan Pemerintah Kota Batam dengan PT Makmur Elok Graha (MEG), yang merupakan anak usaha Artha Graha1.

Rempang Eco-City dirancang sebagai kawasan industri, perdagangan, dan wisata yang terintegrasi12. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mendorong daya saing Indonesia dengan Singapura dan Malaysia12. Dalam pengembangannya, PT MEG akan menyiapkan Pulau Rempang sebagai kawasan industri, perdagangan, hingga wisata yang terintegrasi1.

Proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) tahun 20231. Total investasi untuk pengembangan Eco City Area Batam Rempang mencapai Rp 43 triliun1. Luas kawasan Rempang Eco City yang dibangun kurang lebih 165 km persegi1.


Bagaimana proyek ini akan mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat?

Pengembangan Kawasan Eco City di Pulau Rempang diharapkan akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekonomi dan komunitas lokal12. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja baru di berbagai sektor, termasuk pariwisata, konstruksi, perhotelan, dan perdagangan12.

Namun, proyek ini juga telah menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Sebanyak 7.500 penduduk Pulau Rempang harus direlokasi untuk membangun proyek ini3. Selain itu, proyek tersebut juga mengancam eksistensi 16 kampung adat Melayu yang ada di Pulau Rempang sejak 18343. Konflik ini telah mencapai puncaknya dengan bentrokan antara warga dan aparat keamanan3.

Dalam upaya untuk meredakan konflik ini, Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia untuk berkomunikasi langsung dengan penduduk Rempang tentang rencana pengembangan tersebut3. Namun, masih belum jelas bagaimana hasil dari upaya ini dan bagaimana dampak jangka panjang proyek ini terhadap masyarakat setempat.


Bagaimana pemerintah menangani konflik ini?

Pemerintah telah mengambil beberapa langkah untuk menangani konflik di Pulau Rempang. Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membahas konflik ini. Selain itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD telah menjelaskan status tanah di Pulau Rempang.

Presiden Jokowi juga telah menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia untuk berkomunikasi langsung dengan penduduk Rempang tentang rencana pengembangan Rempang Eco-City. Tujuannya adalah untuk melibatkan penduduk dalam dialog dan memberikan solusi terkait pengembangan tersebut.

Namun, meski pemerintah memberi tenggat waktu pengosongan kawasan tersebut hingga 28 September 2023, warga Kampung Tanjung Banon, Pulau Rempang, Kepulauan Riau telah menyatakan sikap menolak relokasi. Mereka melakukan pemblokiran dengan menebang pohon hingga meletakkan blok kontainer di tengah jalan. Aparat kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja hingga pengamanan BP Batam pun mencoba membersihkan pepohonan yang ditebang di jalan.

Situasi ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik ini membutuhkan pendekatan yang lebih inklusif dan partisipatif dari pemerintah. Hal ini penting agar semua pihak yang terlibat dapat merasa bahwa kepentingan mereka dihargai dan dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar